Riset yang dilakukan oleh Mordor Intelligence memprediksikan bahwa global market value dari film BOPP akan mencapai nilai 6.27 miliar USD di tahun 2026, dengan CAGR (Common Annual Growth Rate) sebesar 6.5% pada periode perkiraan (2021-2026).
Industri kemasan global saat ini bergerak menuju tren baru dengan mulai digantikannya penggunaan cellophane, wax, dan aluminium foil dengan film BOPP.
Tren ini diperkirakan meningkat di beberapa tahun yang akan datang mengingat fakta bahwa film BOPP memiliki karakter fleksibilitas yang lebih baik dan dapat memungkinkan proses pengemasan yang lebih cepat jika dibandingkan dengan material tandingan lainnya.
Berikut beberapa tren lainnya yang diantisipasi akan mendorong pertumbuhan pasar global film BOPP.
- Pengaplikasian Film BOPP sebagai Kemasan Produk Makanan
Pengaplikasian film BOPP pada beberapa segmen seperti kemasan, labeling, dan laminasi saat ini telah semakin populer. Film BOPP lebih diminati dibandingkan dengan material alternatif lainnya karena sigatnya yang dapat menahan kelembapan, sealibility yang baik, dan memiliki tampak yang jernih. - Meningkatnya Aktivitas E-Commerce
Meningkatnya aktivitas e-commerce atau belanja online khususnya untuk produk makanan dan minuman, disertai dengan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan disposable income menyebabkan meningkatnya konsumsi atas makanan kemasan yang membutuhkan packaging yang baik untuk melindungi produk dari kerusakan dan kontaminasi.
Tren ini diantisipasi akan mendorong kapasitas produksi vendor kemasan film plastik BOPP pada periode prediksi.
- Pergeseran Tren dari Pengaplikasian Rigid Packaging ke Flexible Packaging
Sejak kemunculan pandemi Covid-19, terjadi peningkatan permintaan pada sektor kemasan makanan dan FMCG karena adanya perubahan perilaku konsumen. Hal ini pun secara tidak langsung mendorong munculnya pergeseran tren pengaplikasian kemasan rigid menuju kemasan fleksibel karena dinilai lebih efisien. Pergeresan tren tersebut akan menuntungkan bagi pertumbuhan pasar film plastik BOPP yang terkenal cocok untuk diaplikasikan menjadi produk kemasan fleksibel.
Selain itu, regulasi dampak lingkungan dari kemasan juga diantisipasi akan mempermudah transisi dari penggunaan kemasan rigid menuju kemasan fleksibel. Menurut studi kasus Flexible Packaging Association, produksi flexible pouch membutuhkan 87% batubara atau 64% minyak mentah lebih rendah dari pembuatan kemasan rigid.